TEkNIK KONSELING ISLAM
VERBAL DAN NON VERBAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
GISA BELA PEHULISA BR.P.A
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Tehnik
Koneling islam Verbal dan Nonverbal ” dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam
mata kuliah Konseling. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak dan perkembangan dunia kesehatan.
Medan, 20
September 2015
PEMAKALAH
Pendahuluan
Konseling
adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri
sendiri, menerima diri sendiri, serta realistis dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu
individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta
dapat berkembang dan berperanan lebih baik di ligkngkungannya. Konseling
membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri dan
dapat memimpin diri sendiri dalam masyarakat.
Dalam
konseling diharapkan konseling dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri
sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat membrikan
kesejahteraan kepada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan dan
penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal kepada
individu dan dengan perkebangan ini individu dapat lebih baik dan menyumbangkan
dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya. Konseling
bertujuan membantu individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, baik
sosial maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan akan datang.
Lalu
bagaimana teknik yang harus dilakukan oleh seorang konselor dalam menghadapi
konseli? Penjelasan mengenai hal ini akan dibahas dalam bab yang selanjutnya
Teknik-Teknik Konseling
Yang
di maksud dengan teknik konseling disini adalah cara-cara tertentu yang
digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien
agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan
mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai social, budaya
dan agama.dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik konseling akan
merupakan kunci keberhasilanuntuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor
yang efektif harus harus mampu merespon klien secara baik dan benar sesuai
dengan klien pada saat itu. Respon-respon yang baik berupa
pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang,
dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan,
pikiran, dan pengalamannya. Menurut Barbara F. Okun (1987)[2] kita juga tidak
akan luput dari respon yang ditampilkan klien terhadap konselor berupa:
·
Verbal massage,
yaitu pesan verbal atau ucapan yang berisi muatan kognitif dan efektif.
·
Non-verbal
massege, merupakan pesan dengan muatan afektif dan psikomotor.
Sebagai
suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melalui beberapa tahap
kegiatan. Tahap-tahap tersebut adalah:
Dalam hal ini, ada tiga hal yang
harus dilakukan oleh konselor untuk memulai proses konseling yaitu :
Kesiapan
untuk konseling tertuju kepada konselor atau kliennya. Setiap aktivitas yang
berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Tanpa persiapan konseling
tidak akan dapat berjalan dengan efektif dan sangat mungkin tujuan konseling
tidak tercapai. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling terutama yang
berhubungan dengan klien adalah:
a) Motivasi
klien untuk memperoleh bantuan.
b) Pengetahuan
klien tentang konseling.
c) Kecakapan
tentang intelektual.
d) Tingkat
tilikan terhadap masalah dengan dirinya sendiri.
e) Harapan-harapan
terhadap peran konselor,
f) Sistem
pertahanan diri
Agar
klien siap dalam mengikuti konseling, disarankan kepada konselor agar melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Memulai
pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topic masalah dan pelayanan
konseling yang diberikan.
2) Menciptakan
iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang klien untuk memperoleh
bantuan.
3) Menghubungi sumber-sumber referral ( rujukan )
misalnya dari organisai, sekolah dan madrasah, guru dan sebagainya.
4) Memberikan
informasi kepada klien tentang dirinya dan prospeknya,
5) Melalui proses pendidikan itu sendiri.
6) Melakukan
survai terhadap masalah-masalah klien, dan
7) Melakukan
orientasi pra konseling.
Riwayat
kasus adalah suatu kumpulan harta yang sistematis tentang kehidupan klien
skarang dan masa yang lalu. Riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk:
a) Riwayat
koneling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada masalah-masalah
psikoterapeutik dan diproleh melalui wawancara konseling.
b) Catatan
komulatif (commulative record), yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang
menggambarkan perkembangan seseorang.
c) Biografi
dan autobiografi.
d) Tulisan-tulisan
yang dibuat sendiri oleh klien yang berkasus, sebagai dokumen pribadi.
e) Grafik
waktu tentang kehidupan klien yang berkasus.
Secara
umum diagnosis dalam bidang psikologi berarti pernyataan tentang masalah klien,
perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk
memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku
klien dimasa yang akan datang. Dalam proses konseling hendaknya berhati-hati
menggunakan diagnosis denganpengertian diatas: sebab dapat menimbulkan bahaya
sebagai berikut:
a) Data
yang terbatas atau kurang memadai, padahal kehidupan klien sangat kompleks.
b) Konselor
kurang memperhatikan keadaan tingkah laku klien sekarang.
c) Terlalu
cepat menggunakan test.
d) Hilangnya
pemahaman terhadap individualitas atau keunikan sistem diri klien.
e) Pengaruh
sikap menilai dari konselor.
Proses
konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehinggga konseling bisa berjalan
secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan berhasil guna.berikut ini
diuraikan beberapa teknik dalam konseling. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini
akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya:
Perilaku
attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, mempermudah
ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh
perilaku attending yang baik:
·
Kepala : melakukan anggukan
jika setuju
·
Ekspresi wajah : Tenang, ceria, senyum
·
Posisi tubuh : Agak condong ke arah klien,
jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau
berdampingan.
·
Tangan : Variasi
gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat,
menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
·
Mendengarkan : Aktif penuh perhatian,
menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi),
perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh
perilaku attending yang tidak baik:
·
Kepala : Kaku
·
Muka : Kaku, ekspresi melamun,
mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
·
Posisi tubuh : Tegak kaku, bersandar, miring, jarak
duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
·
Memutuskan
pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan
klien berfikir dan berbicara.
·
Perhatian : Terpecah, mudah buyar oleh gangguan
luar.
Empati
ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan
sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk
empati. Terdapat dua macam empati, yait :
· Empati
primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan
keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh
ungkapan empati primer:” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya
dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
· Empati
tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,
pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien
karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut
membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam,
berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan
empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya
ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
Refleksi
adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran,
dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
Refleksi
perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh:
“Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
Refleksi
pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh:
“Tampaknya yang Anda katakan…”
Refleksi
pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh:
“Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
Eksplorasi
adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini
penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya
pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu:
· Eksplorasi
perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh: “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
· Eksplorasi
pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh:
“Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil
bekerja”.
· Eksplorasi
pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman
klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan Anda.”
Menangkap
Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi
ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan
kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah
atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor. Tujuan
paraphrasing untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia
dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; mengendapkan apa yang
dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan; memberi arah wawancara konseling; dan
pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
·
Contoh dialog:
Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik,
akan tetapi saya tidak
mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor : “Tampaknya Anda masih ragu.”
Pertanyaan
terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan
perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka
(opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien,
jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik
gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
·
Contoh: “Apakah
Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? ”
Dalam
konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal
tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan
kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup
untuk mengumpulkan informasi; menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan
menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
·
Contoh dialog:
Klien : “Saya berusaha meningkatkan
prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang
selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor :
“Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
Klien : “Empat.”
Konselor : “Sekarang berapa?”
Klien : “Sebelas”
Dorongan
minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan:
oh…, ya…., lalu…, terus….dan…
Tujuan
dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan
mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau
menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya
pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
·
Contoh dialog:
Klien : “Saya putus asa… dan saya
nyaris… ”
(Klien menghentikan
pembicaraan)
Konselor : “Ya…”
Klien : “Nekad bunuh diri”
Konselor : “Lalu…”
Yaitu
teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk
pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk
memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman
dari hasil rujukan baru tersebut.
·
Contoh dialog:
Klien : “Saya pikir dengan berhenti
sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang
tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat
membutuhkan biaya.”
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa
sekarang adalah mutlak bagi semua
warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa
depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Membantu orang tua memang harus, namun
mungkin disayangkan jika orang seperti
Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
Yaitu
teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya
menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien : “Ayah saya sering marah-marah
tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri.
Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : “Bisakah Anda mencobakan di depan
saya, bagaimana sikap dan
kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Hasil
percakapan sementara antara konselor dank lien hendaknya sisimpulkan sementara
oleh konselor untuk memberikan gambaran kilas balik (feedback) atas hal-hal
yang telah dibicarakan sehingga klien dapat menyimpulkan kemajuan hasil
pembicaraan secara bertahap, emningkatkan kualitas diskusi, dan mempertajam
atau memperjelas fokus pada wawancara konseling.
Contoh:
Konselor:
”Setelah kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika kita
simpulkan dahulu agar jelas hasil
pembicaraannya yang telah kita lalui. Dari materi pembicaraan yang kita
diskusikan, kita sudah sampai kepada dua hal: Pertama , tekad Anda untuk
bekerja sambil kuliah makin jelas; Kedua, namun hambatan yang akan Anda hadapi,
seperti yang Anda kemukakan tadi,ada beberapa yaitu: sikap orangtua yang
menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh
sebagaimana dituntut oleh perusahaan yang akan Anda masuki. Benarkah demikian.”
Yaitu
teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan
konseling.
·
Contoh dialog:
Klien : “Saya mungkin berfikir juga
tentang masalah hubungan
dengan pacar. Tapi bagaimana ya?”
Konselor : “Sampai ini kepedulian Anda tertuju
kuliah kuliah sambil bekerja. Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai
pacaran apakah termasuk dalam kerangka
kepedulian Anda juga?”
Yaitu
teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Pada
umumnya dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan sejumlah
permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogyanya
dapat membantu klien agar dia dapat menentukan apa yang fokus masalah. Misalnya
dengan mengatakan:
“Apakah
tidak sebaiknya jika pokok pembicaraan kita berkisar dulu soal hubungan Anda
dengan orang tua yang kurang harmonis.”
Ada
beberapa yang dapat dilakukan, diantaranya:
a) Fokus
pada diri klien. Contoh: “Tati, Anda tidak yakin apa yang akan Anda lakukan.”
b) Fokus
pada orang lain. Contoh: “Roni, telah membuat kamu menderita, Terangkanlah
tentang dia dan apa yang telah dilakukannya?”
c) Fokus
pada topik. Contoh: “Pengguguran kandungan? Kamu memikirkan aborsi? Pikirkanlah
masak-masak dengan berbagai pertimbangan”.
d) Fokus
mengenai budaya. Contoh: “Mungkin budaya menyerah dan mengalah pada laki-laki
harus diatas kaum wanita. Wanita tak boleh menjadi obyek laki-laki.”
Yaitu
teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan
dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum
dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah:
a) mendorong
klien mengadakan penelitian diri secara jujur
b) meningkatkan
potensi klien;
c) membawa
klien kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau kontradiksi dalam
dirinya.
Penggunaan
teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan:
1) member
komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu yang
tepat;
2) tidak
menilai apalagi menyalahkan;
3) dilakukan
dengan perilaku attending dan empati.
Contoh
dialog:
Klien : “Saya baik-baik saja”.(suara
rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah).
Konselor : “Anda mengatakan baik-baik saja,
tapi kelihatannya ada yang tidak beres. Saya melihat ada perbedaan antara ucapan
dengan kenyataan diri”.
Yaitu
teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas
dan agak meragukan. Tujuannya adalah:
a) mengundang
klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas,
dan dengan alasan-alasan yang logis,
b) agar
klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.
Contoh
dialog:
Klien : “Perubahan yang terjadi di
keluarga saya membuatsaya bingung. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi
pemimpin di rumah itu.”
Konselor : “Bisakah Anda menjelaskan persoalan
pokoknya? Misalnya peran ayah, ibu, atau saudara-saudara Anda.”
Yaitu
teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
Contoh:
“Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan
dengan sebaik-baiknya.”
Teknik
diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 – 10 detik, komunikasi yang
terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah
a) menanti
klien sedang berfikir;
b) sebagai
protes jika klien ngomong berbelit-belit;
c) menunjang
perilaku attending dan empati sehingga klien babas bicara.
Contoh
dialog :
Klien : “Saya tidak senang dengan
perilaku guru itu”
Konselor : “…………..” (diam)
Klien : “Saya..harus bagaimana..,Saya..
tidak tahu..
Konselor : “…………..” (diam)
Teknik
ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam,
dan kurang parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan: (1) mengambil inisiatif jika klien
kurang semangat; (2) jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan; (3)
jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Contoh:
”Baiklah,
saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. Coba Anda
renungkan kembali.”
Pemberian
nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor
tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak.
Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni
kemandirian klien harus tetap tercapai.
Contoh
respons konselor terhadap permintaan klien: “Apakah hal seperti ini pantas saya
untuk memberi nasehat Anda? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih
mengetahuinya dari pada saya.”
Sama
halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan
jujur katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya,
sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya.
Contoh:
”Mengenai
berapa biaya masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, saya sarankan Anda bisa
langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke situs www.upi.com di internet”.
Teknik ini digunakan menjelang
akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan
(action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien.
Contoh:
”Nah,
apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman
hasil pembicaraan kita sejak tadi.”
Teknik ini digunakan untuk
menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :
a) bagaimana
keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan;
b) memantapkan
rencana klien;
c) pemahaman
baru klien; dan
d) pokok-pokok
yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika dipandang masih
perlu dilakukan konseling lanjutan.
Teknik
ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon
posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam
latihan asertif ini.
Desensitisasi
sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat
secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki
dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya
merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat
secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Teknik
ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
Teknik
ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat
perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien
tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup
atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh.
Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran
dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Teknik
ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :
·
Kecenderungan
orang tua lawan kecenderungan anak.
·
Kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
·
Kecenderungan
“anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
·
Kecenderungan otonom
lawan kecenderungan tergantung.
·
Kecenderungan
kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif
ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya
pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan
dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
Merupakan
teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang
lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan
dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya:
·
“Saya merasa
jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
·
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan
sekarang, dan saya bertanggungjawab atas ketidaktahuan itu”.
·
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
kemalasan itu”
Meskipun
tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan
klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Proyeksi
yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri
tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam
teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Gejala-gejala
dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari
dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.
Misalnya
: konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Teknik
ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong
klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan
klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap
mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk
membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih
baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang
ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan
dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Teknik
yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan
dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak
rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan
untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan
tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang
diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka
dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk
pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada
konselor.
Teknik yang digunakan untuk
melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Teknik
untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien
dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Teknik
untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Pada
umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua
pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara
individual (individual counseling)
a. Bimbingan
kelompok
Teknik
yang digunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan
masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok. Beberapa bentuk khusus teknik
bimbingan kelompok yaitu: home room program, karyawisata, diskusi kelompok,
kegiatankelompok, organisasi murid, sosiodrama.
b. Penyuluhan
individual ( Individual Counseling)
Dalam
teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to
face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara
antara counselor dengan konseli. Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik
counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
Penutup
Setiap
pribadi tentu memiliki permasalahan yang berbeda dan tidak mudah bagi konseli
untuk mengutarankan permasalahan yang sedang ia alami. Oleh sebab itu, dalam
bimbingan konseling dibutuhkan teknik-teknik yang harus dilakukan seorang
konselor agar konseli dapat mengutarakan permasalahannya dengan luwes dan merasa
tidak tertekan.
Djumhur,
I., dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, tt)
Juntika
Nurihsan, Ahmad, Strategi layanan dan Bimbingan Koseling, (Bandung: Refika
Aditama, 2005)
Ketut
Sukardi, Dewa, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985)
Lumongga
Lubis, Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik,
(Jakarta: kencana, 2011)
Syamsuddin
Makmun, H. Abin, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar